Senin, 27 Oktober 2014

cerita fajar kebumen

Cerita Fajar Kebumen
Oleh : Nur Wahid

Bulan juli banyak hujan
Bulirnya sejuk menyeringai
pematang sawah
Desaku, desa yang berjelaga di pendakian kota
Pepohonan berucap salam sepanjang jalan
Orang bergemuyu ramah meski cangkul bertengger
 dipanggulnya
Sambil menunggu senja, percintaan padi dan tanah digelontorkan
Dalam bingkai tradisional kental

Salam manis dari para tetangga
Yang hinggap di rumah rotan
Kala siang muak muka jendela
Karena mendebu
Di tiup jalanan yang tak
disapa aspal pekat
hanya terpampang wajah batu buruk
yang mengempiskan kaki jalanan
Haruskah seperti ini
Tak maukah kau menipik kembali mutiara
Mari bersama tuan

Alam nan cantik berbaur
di bibir pantai Menganti, berkerumun wajah
nenek moyang yang berpeluh
terkulum terik dan deruan ombak
menggoda si penghuni laut untuk masuk keperut
yang merengek siang malam
menanti lauk-pauk di pangkuan rembulan

Nyata Takdir Tuhan, di balik semua
Bersemayam ilalang tertata rapih di geraham
Menjadi mahkota sang tuan putri Menganti
Cantik elok dihinggapi muda-mudi
Yang kasmaran
Bercengkerama dengan cinta
Cinta membawa pelangi di pelupuk fajar
Memanggil tiap nafas yang berada hidup
Tuk menikmati keindahan pantai Menganti

Malam-malam penuh hikmat
Paling nikmat mengingat sejarah
Kisah tragis Hindia – Belanda yang dikandung
Tempo dulu
Melekat pada sosok benteng Vander Wijk
Yang mulai keropos berlumur noda-noda
Kaki manusia
Yang tua, yang bermakna yang
Dikenang sejarah
Mereka yang mati, hidup dalam
Piringan hitam
Tertembak dan pergi, terusir pribumi.
Kini mereka tinggal nama
Memberikan kasih tuk hidupnya sekarang

Desaku, Desaku
Kebumen beriman
Dalam tahta yang menyejukan

Purwokerto, 05 juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar