Minggu, 20 Juli 2014

nafsu

Orang yang menjaga nafsu adalah orang yang tetap menjadi orang ketika dalam keadaan marah dan dalam keadaan lapar..karena marah dan lapar bisa menghilangkan sifat kemanusiaan...

marhaban

marhaban ya ramadan.....sucikan hati.........!!!!!

STIGMA HUKUM INDONESIA SUDAH TIDAK BERNILAI

STIGMA HUKUM INDONESIA SUDAH TIDAK BERNILAI
Oeh: Nur wahid

Dengan adanya hak dan kewajiban, manusia dimintai pertanggungjawaban atas keduanya, termasuk kepada pemerintahan Indonesia yang diakui. Namun faktanya, generasi sekarang sudah tidak menyadari lagi akan hak dan kewajibannya terhadap pelaksanaan hukum yang berlaku di Indonesia, singkat kata hanya mengakui tanpa mentaati.
Pemuda modern seperti jaman sekarang, dengan didasari intelektualitas tinggi yang diharapkan mampu menjadi agent of change sudah terjebak kedalam kepribadian yang absolut, discours, dan pasif. Maka akibatnya muncul berbagai masalah dan ancaman internal seperti koruptor, tawuran, dan terorisme yang jika hal itu terus berkembang sangat mungkin abab ke-30 Indonesia akan menjadi negara yang hancur dan tidak ada lagi kesejahteraan.
 Kegemaran siswa atau mahasiswa adalah menyontek, tujuan menyontek adalah untuk mendapatkan nilai yang baik, tapi menyontek menjadikan seseorang itu tidak bernilai, dan ironisnya kegiatan menyontek sudah menjadi hal umum, bahkan tidak jarang para guru atau dosen memberikan kebijakan kepada para siswa atau mahasiswanya untuk menyontek. Bandingkan jika siswa atau mahasiswa itu jujur tidak memperdulikan hasil nilai dan para guru atau dosen itu berani untuk tegas, pasti akan tumbuh kepribadian yang patriotisme, nasionalisme, dan taat pada hukum.
Indonesia memiliki peraturan dan hukum yang begitu banyak, yang dibuat secara rapi dan terstruktur. Secara prosedural hukum di Indonesia berjalan, tapi secara subtansial masih samar-samar, tidak adanya kebijakan dan keputusan yang jelas, tidak objektif, dan tidak adanya punishman yang sepadan dengan tindakan yang melanggar hukum. Inilah penyebab mengapa stigma hukum Indonesia sudah tidak bernilai bahkan hukum di Indonesia sudah tidak diakui lagi keberadaannya, terbukti dengan banyaknya koruptor, tawuran yang sudah tidak canggung lagi untuk melakukannya.
Maka secara prosedural maupun substansial pelaksanaan hukum di Indonesia harus berjalan seiring, transparan, dan sesuai dengan karakter kehidupan warganegara. Tatanan hukum yang baik merupakan unsur utama kemajuan bangsa. Eksploitasi hukum merupakan unsur keterpurukan bangsa.
Hukum harus tegas, hukum yang tegas bukan berarti hukum yang dzalim, dengan adanya ketegasan akan memberikan kepercayaan bagi pelanggar hukum, bahwa hukum harus di taati dan di patuhi, yang apabila pelanggar hukum melakukan pelanggaran harus menerima hukuman yang sepadan.
Hukum harus berdasarkan kepentingan rakyat, ketika parlemen membuat peraturan atau hukum harus terlebih dahulu mengklarifikasi kepentingan rakyat bukan kepentingan pemerintahan atau golongan tertentu, agar hukum atau peraturan itu bisa diterima dan berjalan sesuai dengan kepentingan dan keinginan rakyat,  sehingga tidak ada prokontra antara rakyat dan pemerintahan. Banyak rakyat yang mengklaim hukum di Indonesia itu menindas hak asasi manusia.
Hukum harus adil, dalam pancasila khususnya sila ke-5,” keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ini bukti hukum di Indonesia harus diterapkan secara adil dan konsekuen. Hukum yang adil akan mengurangi kesenjangan sosial dan golongan. Golongan elit, menengah, bawah (rakyat kecil) harus dipandang sama oleh hukum. Hentikan kecurangan, materialis, dan jangan memprioritaskan perlindungan elit.
Hukum harus cerdas dan objektif, hukum sekarang kalah dengan rakyat yang memiliki daya intelektualitas tinggi, yang pada akhirnya hukum justru dikuasai bukan menguasai. Hukum sering dibodohi ketika berhadapan dengan pelanggar hukum yang cerdas, dan mirisnya roda hukum diatur oleh rakyat, seharusnya hukum yang mengatur rakyat.

 Generasi sekarang adalah tumpuan untuk generasi mendatang, nasib kemajuan bangsa tergantung pada generasi. Suatu hukum akan berjalan tergantung pada kesadaran tiap-tiap warganegaranya, dan kesadaran itu timbul karena adanya moral. Artinya setiap perkembangan hukum bahkan perkembangan bangsa dan negara harus diawali dengan moralitas. Dengan adanya moral, hukum dapat berjalan sesuai dengan karakter jiwa rakyat, yang di jadikan acuan untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.

puisi: Purnama

PURNAMA
Oleh: Wahid

Aku tak bisa mendengarmu lagi
Dunia menghambur terbang
Lampau menitik batu
Di banting suara bertalu-talu
Diatasnya api dan abu

Aku hendak berbicara
Suara hilang, jiwaku melayang
Sudah! Tak mengapa!
Ini dunia enggan mendengarnya

Keruh membeku air padas
Hidup seperti tak hidup
Lampau dulu kupetik lagi
Sambil bertukar masa, di tengah iba
Menunggu purnama yang mesti tiba

Darunnajah, 20 Juli 2014

Kamis, 17 Juli 2014

menggugat kekuasaan dan pendidikan nasional menuju pendidikan yang kaffah

MENGGUGAT KEKUASAAN DAN PENDIDIKAN NASIONAL
MENUJU PENDIDIKAN YANG KAFFAH
Oleh Nur Wahid

Ketika kita bicara mengenai kekuasaan, maka yang tergambar adalah pemerintahan dengan birokrasinya, ataupun kekuasaan yang dipegang oleh seseorang, kekuasaan konglomerat, ataupun kekeuasaan-kekuasaan lainnya yang dikenal dimasyarakat. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan walaupun sudah satu dasawarsa reformasi berjalan, dan beberapa tantangan tersebut kalau diidentifikasi sesuai dengan ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang pementapan persatuan dan kesatuan nasional dan kondisi bangsa Indonesia saat ini adalah masih berlangsungnya pelaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat yang mengabaikan proses demokrasi yang menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan masyarakat yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
Jadi apa hubungan antara kekuasaan dan pendidikan?.Sepintas kelihatannya tidak ada hubungan apapun antara kekuasaan dan pendidikan. Tidak pernah kita dengar bahwa pendidikan dikerahkan untuk mengambil alih kekuasaan politik, dalam dunia mahasiswa dikenal gerakan-gerakan progresif untuk mengubah kebijakan politik, seperti di Perancis (1968), di Amerika Serikat tahun 70-an, di Indonesia 1965 dan 1998. Malahan kalau kita cermati bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses yang berjalan denagan suasana kedamaian, dalam kehidupan bersama manusia yang tanpa kekerasan. Namun posisi pendidikan mendapatkan tempat yang sangat istimewa karena transformasi sosial tidak dapat terlaksana tanpa pendidikan, oleh sebab itu masalah kekuasaan dan pendidikan mempunyai bidang garapan yang bersamaan. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan adalah suatu proses ilmu praktis yang diarahkan kepada suatu refleksi untuk mengubah praksis pendidikan menuju kepada transformasi kehidupan yang lebih maju.
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan amanat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mencapainya pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tentunya tidak luput dari tantangan perubahan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia dengan upaya pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi pndidikan, dan efisiensi dalam manajemen.
Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Kekuasaan pemerintah dalam hal ini terutama terletak dalam penentuan standard pendidikan agar mutu pendidikan yang diterima oleh anak bangsa mempunyai mutu yang tinggi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup serta dapat bersaing dalam abad globalisasi dewasa ini. Sarana untuk merealisasikan tujuan itu yaitu melalui kurikulum nasional dan standardisasi pendidikan.

Standardisasi
Dalam pendidikan kita yang sentralistik, kita mengenal berbagai standard untuk melaksanakan dan mengokohkan sistem yang sentralistik tersebut. Segala sesuatu ditentukan oleh kekuasaan negara yang ditopang oleh birokrasi yang kaku, peratuaran-peraturan yang terpusat atau dipegang oleh pemerintah pusat dan tidak memberikan kebebasan di daerah-daerah untuk melaksanakan peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan kebutuhan daerah. Maka tumbuh dan berkembanglah suatu sistem yang kaku, statis, dengan mmanajemen yang terpusat. Mekanisme kontrol dari pusat dibangun dengan begitu rupa sehingga tidak ada ruang gerak untuk pengambilan keputusan pada tingkat kabupaten dan tingkat provinsi.
Seluruh Indonesia menerapkan satu sistem, satu standard sehingga tidak mengherankan apa yang diajarkan di Jakarta sama dengan apa yang diajarkan dipelosok-pelosok hutan Kalimantan ataupun di Papua. Salah satu standardisasi yang ditentukan oleh kemauan pemerintah pusat adalah melalui ujian terpusat yang dikenal dengan EBTANAS.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, proses pendidikan yang demikian itu hasilnya pembodohan rakyat atau proses stupidifikasi. Lebih miris lagi proses komoditifikasi pendidikan bahkan sudah memunculkan kapitalisme pendidikan karena pendidikan tidak diarahkan kepada kebutuhan rakyat, tetapi kebutuhan segelintir kelompok elit. Untuk mencegah adanya komoditifikasi pendidikan maka harus ada upaya untuk mengoreksi ekses-ekses sistem yang sangat sentralistik. Adakalanya ada sekolah pusat pembudayaan terutama untuk menghormati budaya lokal, menerapkan standardisasi pndidikan berdasarkan “link and match” yang berupaya meningkatkan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyaratkat, adapula dibebani dengan mata pelajaran mengenai pancasila agar masyarakat memahami dan mampu mengaplikasikan dalam dunia sosial sehingga rasa patriotisme tetap ada.

Kurikulum
Kurikulum memang bukan merupakan yang statis tetapi harus berubah dan bergerak sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Sejak Indonesia merdeka, pendidikan kita kerap gonta-ganti kurikulum, mulai dari kurikulum tahun 1968, 1975 atau 1976, 1984, 1994, 2004, 2006, 2012, dan 2013. Ternyata perubahan-perubahan tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan, yaitu manusia yang lebih cerdas dan bermoral. Beban kurikulum yang semakin berat justru membuat kualitas peserta didik semakin menurun. Kita lihat media masa kerap memberitakan tawuran para siswa maupun para mahasiswa yang menjadi mode dari agresivitas anak muda yang menandakan gagalnya pendidikan moral yang telah diberikan.
Barangkali yang menjadi masalahnya adalah bagaimana standard tersebut dilaksanakan melalui kurikulum. Kelihatannya penyusunan meminta pertimbangan yang rasional dan teknis. Penentuan standard tersebut barangkali bukan melalui kekuasaan pemerintah tetapi melalui kekuasaan pendidikan dengan menggunakan para pakar, peserta dari masyarakat seperti orang tua dan pemimpin.
Indonesia masih dalam masa transisi karena belum mempunyai pengalaman berdemokrasi dan melaksanakan sistem pendidikan yang demokratis oleh sebab itu ada baiknya apabila kita melihat sistem negara lain yang dapat kita ambil dan kita adaptasikan dalam reformasi sistem pendidikan nasional sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional yang baru.
Ada dua pemahaman di jepang yang digunakan untuk merubah tatanan pendidikan sebagai salah satu pembentukan karakter bangsa. Pertama, pemahaman radikal yang meyakini bahwa peruban pendidikan hanya bisa dilakukan dengan cara perombakan secara simultan. Kedua adalah pemahaman konservatif yang meyakini bahwa perubahan pendidikan hanya bisa dilakukan dengan ikut serta dalam sistem yang ada sekarang.
Beberapa kekhasan yang dimiliki Jepang antara lain: Pertama, perhatian pada pendidikan datang dari berbagai pihak. Dimulai dari pihak pemerintahan, elit politis hingga masyarakatnya sama-sama meyakini bahwa pendidikan adalah sangat penting dalam melatih tenaga terampil dan ahli, untuk membentuk elit politik selanjutnya dan mengajarkan kebudayaan bagi seluruh rakyat Jepang. Para orangtua sangat yakin menitipkan anak-anaknya ke pendidikan Jepang dan respon terhadap pendidikan anak-anaknya sangat menakjubkan. Kedua, sekolah di Jepang tidak mahal. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan tentang pendidikan salah satunya adalah mereka memberikan subsidi kepada orang-orang tidak mampu untuk makan siang di sekolah dan kegiatan belajar lainnya. Ketiga, di Jepang tidak ada diskriminasi terhadap sekolah, Jepang mendorong orang-orang terpencil untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan yang lain, yakni dengan memberikan subsidi transportasi. Guru yang cakap dan mau bekerja ditempat yang jauh juga akan diberi tunjangan.Keempat, kurikulum di Jepang amat berat karena pendanaan pemerintah dalam pendidikan cukup besar. Pemerintah pusat merencanakan kurikulum secara rinci dan terstruktur dan memeriksa buku-buku pelajaran yang akan dijual untuk menjamin isi buku sesuai dengan standard. Kelima, Guru terjamin tidak akan kehilangan jabatannya. Keenam, guru di Jepang penuh dedikasi. Dan untuk komunikasi dengan orang tua murid, setidaknya guru mengunjungi orang tua murid sekali dalam setahun. Ketujuh, Guru di Jepang merasa wajib memberi pendidikan. Selain mengacu pada perkembangan kognitif, pendidikan di Jepang ialah memberikan pengajaran anak untuk memiliki hati yang bersih dan lapang.Kedelapan, guru di Jepang bersifat adil. Suasana berjuang yang dialami guru Jepang dan dimana mereka bekerja membuat mereka secara ideologis menjadi lebih masak.
Selain yang disebutkan diatas, hal lain yang sangat penting adalah pendidikan karakter yang sesuai dengan khas negara, pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu-individu yang perlu dikembangkan dan perlu dibina, sejak usia dini (idealnya). Agar pendidikan kita mendapatkan pendidikan karakter yang sempurna: pertama, pendidikan harus jujur. Tidak ada ijzah yang palsu, gelar palsu, slogan palsu, atau omong besar. Menurut Gus Dur, konsepsi pendidikan kita berjalan diatas konsepsi yang salah sehingga tidak mampu membebaskan manusia dari keterbelakangan dan kebodohan. Letak kesalahannya adalah karena pendidikan kita menekankan pada ijazah formal, bukan pada subtansinya untuk memanusiakan manusia. Kurikulum pendidikan harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya, setidaknya kita harus memiliki kurikulum yang memang benar-benar dibuat atas dasar tujuan dan prospek pendidikan itu, tanpa ada unsur kekuasaan, politik, atau persoalan gengsi dan fanatisme.
Pendidikan harus cerdas, pendidikan harus tahu apa yang diperlukan oleh warga didik, cara yang tepat untuk mendidik, siapa yang tepat menjadi seorang pendidik, dan masalah apa yang terjadi di lingkungan pendidikan serta bagaimana cara mengatasinya. Kita harus mampu mengatur frekuensi untuk mengimitasi model pendidikan asing. Jangan sampai model yang tidak sesuai dengan keadaan pendidikan kita paksaan masuk dan akhirnya malah merusak dan menjajah.
Pendidikan harus peduli. Sudah pasti sasarannya adalah masyarakat atau saya lebih suka menyebutnya warga didik. Ivan Illich dalam bukunya Deschooling Society mengajukan pembentukan” masyarakat bebas sekolah”. Kata Illich, yang diperlukan adalah pendidikan yang membebaskan manusia. Pendidikan formal kita hanya menciptakan kasta-kasta dan ketidakadilan dalam masyarakat. Jurang pemisah antara cendikiawan dan kaum dungu, antara masyarakat maju dan warga tertinggal masih amat curam. Ini yang harus diperhatikan dan dirangkul dengan kepedulian, sehingga statement pendidikan formal diselenggarakan melalui suatu sistem yang diatur oleh pemerintah sehingga setiap warga negara Indonesia tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun memperoleh pendidikan seluas-luasnya sesuai dengan kemampuan intelektual dan fisiknya dapat didukung dengan sempurna.Semoga pemerintah lebih peduli dan tegas untuk mengelola sistem pendidikan nasional sehingga melahirkan calon pemimpin-pemimpin yang mampu menjawab tantangan global dan mampu bersaing di dunia internasional. Amiin.

Daftar Pustaka

Tilaar, H.A.R.2003.kekuasaan dan pendidikan (suatu tinjauan dari perspektif studi kultural. Magelang: Indonesia Tera Anggota IKAPI,.

Buku empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang disusun oleh: Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014. Cetakan ketiga April 2013. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI


Nurhadi, Wahyu, dkk.2013. ( Ed. Abdul Wachid B.S dan Dimas Indianto) Bunga Rampai Pohon Dakwah. Purwokerto: Forum KPI-2011.

puisi cahaya illahi

CAHAYA ILLAHI
Nur wahid
Akankah akan di hancurkan moral luhur ini merangai api-api
Menutup bahagia akhir masa yang di titipkan illahi
Bersandang suci melahirkan api manakala terapit apit
Mati mati lah hati ini.

Senja hitam di ufuk mentari berganti
Tak ubahnya cakrawala merajai diri
Tertutup lah bentangan kalbu yang tercabik api
Menyalakan amarah, dendam, penghinaan yang menyinggahi.

Awass, awass, awass disini
Hidup membosankan penuh dengan wilayah api
Disana disini adanya ladang udara pencemaran hati
Tak pernahkah kau terbesit akal sehat cahaya illahi,

 Iman Illahi  ternodai oleh hatimu sendiri
Yang enggan sepucuk embun di tubi
Kenalilah pejamkanlah renungkanlah apa mentari
Yang membuka luasnya kasih pada tiap diri
Cahaya illahi

                                                                                    Purwokerto, 2 mei 2014

Rabu, 16 Juli 2014

CERPEN: Jodohku siapa?

JODOHKU SIAPA?
Oleh:Nur wahid

Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh, setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?. Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”. Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan, kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa, Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu. Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?” anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman, kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan, wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku, sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering. Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini. Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok, bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah. Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah, bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak, bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya, bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung, benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup. Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.



CERPEN: Jodohku siapa?

JODOHKU SIAPA?
Oleh:Nur wahid

Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh, setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?. Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”. Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan, kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa, Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu. Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?” anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman, kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan, wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku, sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering. Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini. Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok, bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah. Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah, bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak, bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya, bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung, benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup. Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.