Minggu, 20 Juli 2014
nafsu
Orang yang menjaga nafsu adalah orang yang tetap menjadi orang ketika dalam keadaan marah dan dalam keadaan lapar..karena marah dan lapar bisa menghilangkan sifat kemanusiaan...
STIGMA HUKUM INDONESIA SUDAH TIDAK BERNILAI
STIGMA
HUKUM INDONESIA SUDAH TIDAK BERNILAI
Oeh: Nur wahid
Dengan adanya hak dan kewajiban, manusia dimintai
pertanggungjawaban atas keduanya, termasuk kepada pemerintahan Indonesia yang
diakui. Namun faktanya, generasi sekarang sudah tidak menyadari lagi akan hak
dan kewajibannya terhadap pelaksanaan hukum yang berlaku di Indonesia, singkat
kata hanya mengakui tanpa mentaati.
Pemuda modern seperti jaman sekarang, dengan didasari
intelektualitas tinggi yang diharapkan mampu menjadi agent of change sudah terjebak kedalam kepribadian yang absolut, discours, dan pasif. Maka akibatnya muncul berbagai masalah dan
ancaman internal seperti koruptor, tawuran, dan terorisme yang jika hal itu
terus berkembang sangat mungkin abab ke-30 Indonesia akan menjadi negara yang
hancur dan tidak ada lagi kesejahteraan.
Kegemaran siswa
atau mahasiswa adalah menyontek, tujuan menyontek adalah untuk mendapatkan
nilai yang baik, tapi menyontek menjadikan seseorang itu tidak bernilai, dan
ironisnya kegiatan menyontek sudah menjadi hal umum, bahkan tidak jarang para
guru atau dosen memberikan kebijakan kepada para siswa atau mahasiswanya untuk
menyontek. Bandingkan jika siswa atau mahasiswa itu jujur tidak memperdulikan
hasil nilai dan para guru atau dosen itu berani untuk tegas, pasti akan tumbuh
kepribadian yang patriotisme, nasionalisme, dan taat pada hukum.
Indonesia memiliki peraturan dan hukum yang begitu
banyak, yang dibuat secara rapi dan terstruktur. Secara prosedural hukum di
Indonesia berjalan, tapi secara subtansial masih samar-samar, tidak adanya
kebijakan dan keputusan yang jelas, tidak objektif, dan tidak adanya punishman yang sepadan dengan tindakan
yang melanggar hukum. Inilah penyebab mengapa stigma hukum Indonesia sudah
tidak bernilai bahkan hukum di Indonesia sudah tidak diakui lagi keberadaannya,
terbukti dengan banyaknya koruptor, tawuran yang sudah tidak canggung lagi
untuk melakukannya.
Maka secara prosedural maupun substansial pelaksanaan
hukum di Indonesia harus berjalan seiring, transparan, dan sesuai dengan
karakter kehidupan warganegara. Tatanan hukum yang baik merupakan unsur utama
kemajuan bangsa. Eksploitasi hukum merupakan unsur keterpurukan bangsa.
Hukum
harus tegas, hukum yang
tegas bukan berarti hukum yang dzalim, dengan adanya ketegasan akan memberikan kepercayaan
bagi pelanggar hukum, bahwa hukum harus di taati dan di patuhi, yang apabila
pelanggar hukum melakukan pelanggaran harus menerima hukuman yang sepadan.
Hukum
harus berdasarkan kepentingan rakyat, ketika parlemen membuat peraturan atau hukum harus
terlebih dahulu mengklarifikasi kepentingan rakyat bukan kepentingan
pemerintahan atau golongan tertentu, agar hukum atau peraturan itu bisa
diterima dan berjalan sesuai dengan kepentingan dan keinginan rakyat, sehingga tidak ada prokontra antara rakyat dan
pemerintahan. Banyak rakyat yang mengklaim hukum di Indonesia itu menindas hak
asasi manusia.
Hukum
harus adil, dalam
pancasila khususnya sila ke-5,” keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
ini bukti hukum di Indonesia harus diterapkan secara adil dan konsekuen. Hukum
yang adil akan mengurangi kesenjangan sosial dan golongan. Golongan elit,
menengah, bawah (rakyat kecil) harus dipandang sama oleh hukum. Hentikan
kecurangan, materialis, dan jangan memprioritaskan perlindungan elit.
Hukum
harus cerdas dan objektif,
hukum sekarang kalah dengan rakyat yang memiliki daya intelektualitas tinggi,
yang pada akhirnya hukum justru dikuasai bukan menguasai. Hukum sering dibodohi
ketika berhadapan dengan pelanggar hukum yang cerdas, dan mirisnya roda hukum
diatur oleh rakyat, seharusnya hukum yang mengatur rakyat.
Generasi
sekarang adalah tumpuan untuk generasi mendatang, nasib kemajuan bangsa
tergantung pada generasi. Suatu hukum akan berjalan tergantung pada kesadaran
tiap-tiap warganegaranya, dan kesadaran itu timbul karena adanya moral. Artinya
setiap perkembangan hukum bahkan perkembangan bangsa dan negara harus diawali
dengan moralitas. Dengan adanya moral, hukum dapat berjalan sesuai dengan
karakter jiwa rakyat, yang di jadikan acuan untuk kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat.
puisi: Purnama
PURNAMA
Oleh:
Wahid
Aku tak bisa mendengarmu lagi
Dunia menghambur terbang
Lampau menitik batu
Di banting suara bertalu-talu
Diatasnya api dan abu
Aku hendak berbicara
Suara hilang, jiwaku melayang
Sudah! Tak mengapa!
Ini dunia enggan mendengarnya
Keruh membeku air padas
Hidup seperti tak hidup
Lampau dulu kupetik lagi
Sambil bertukar masa, di tengah iba
Menunggu purnama yang mesti tiba
Darunnajah, 20
Juli 2014
Kamis, 17 Juli 2014
menggugat kekuasaan dan pendidikan nasional menuju pendidikan yang kaffah
MENGGUGAT KEKUASAAN DAN PENDIDIKAN
NASIONAL
MENUJU PENDIDIKAN YANG KAFFAH
Oleh Nur Wahid
Ketika kita bicara mengenai kekuasaan, maka yang tergambar
adalah pemerintahan dengan birokrasinya, ataupun kekuasaan yang dipegang oleh
seseorang, kekuasaan konglomerat, ataupun kekeuasaan-kekuasaan lainnya yang
dikenal dimasyarakat. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai
tantangan walaupun sudah satu dasawarsa reformasi berjalan, dan beberapa
tantangan tersebut kalau diidentifikasi sesuai dengan ketetapan MPR Nomor
V/MPR/2000 tentang pementapan persatuan dan kesatuan nasional dan kondisi
bangsa Indonesia saat ini adalah masih berlangsungnya pelaksanaan dalam
kehidupan bermasyarakat yang mengabaikan proses demokrasi yang menyebabkan
rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak
politik yang bermuara pada gerakan masyarakat yang menuntut kebebasan,
kesetaraan, dan keadilan.
Jadi apa hubungan antara kekuasaan dan pendidikan?.Sepintas
kelihatannya tidak ada hubungan apapun antara kekuasaan dan pendidikan. Tidak
pernah kita dengar bahwa pendidikan dikerahkan untuk mengambil alih kekuasaan
politik, dalam dunia mahasiswa dikenal gerakan-gerakan progresif untuk mengubah
kebijakan politik, seperti di Perancis (1968), di Amerika Serikat tahun 70-an,
di Indonesia 1965 dan 1998. Malahan kalau kita cermati bahwa proses pendidikan
merupakan suatu proses yang berjalan denagan suasana kedamaian, dalam kehidupan
bersama manusia yang tanpa kekerasan. Namun posisi pendidikan mendapatkan
tempat yang sangat istimewa karena transformasi sosial tidak dapat terlaksana
tanpa pendidikan, oleh sebab itu masalah kekuasaan dan pendidikan mempunyai
bidang garapan yang bersamaan. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan adalah
suatu proses ilmu praktis yang diarahkan kepada suatu refleksi untuk mengubah
praksis pendidikan menuju kepada transformasi kehidupan yang lebih maju.
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan amanat untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan untuk mencapainya pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional
tentunya tidak luput dari tantangan perubahan kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia dengan upaya pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu,
relevansi pndidikan, dan efisiensi dalam manajemen.
Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Kekuasaan
pemerintah dalam hal ini terutama terletak dalam penentuan standard pendidikan
agar mutu pendidikan yang diterima oleh anak bangsa mempunyai mutu yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup serta dapat bersaing dalam abad
globalisasi dewasa ini. Sarana untuk merealisasikan tujuan itu yaitu melalui
kurikulum nasional dan standardisasi pendidikan.
Standardisasi
Dalam pendidikan kita yang sentralistik, kita mengenal
berbagai standard untuk melaksanakan dan mengokohkan sistem yang sentralistik
tersebut. Segala sesuatu ditentukan oleh kekuasaan negara yang ditopang oleh
birokrasi yang kaku, peratuaran-peraturan yang terpusat atau dipegang oleh
pemerintah pusat dan tidak memberikan kebebasan di daerah-daerah untuk
melaksanakan peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan kebutuhan daerah. Maka
tumbuh dan berkembanglah suatu sistem yang kaku, statis, dengan mmanajemen yang
terpusat. Mekanisme kontrol dari pusat dibangun dengan begitu rupa sehingga
tidak ada ruang gerak untuk pengambilan keputusan pada tingkat kabupaten dan
tingkat provinsi.
Seluruh Indonesia menerapkan satu sistem, satu standard
sehingga tidak mengherankan apa yang diajarkan di Jakarta sama dengan apa yang
diajarkan dipelosok-pelosok hutan Kalimantan ataupun di Papua. Salah satu
standardisasi yang ditentukan oleh kemauan pemerintah pusat adalah melalui
ujian terpusat yang dikenal dengan EBTANAS.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, proses pendidikan yang
demikian itu hasilnya pembodohan rakyat atau proses stupidifikasi. Lebih miris lagi proses komoditifikasi pendidikan
bahkan sudah memunculkan kapitalisme pendidikan karena pendidikan tidak diarahkan
kepada kebutuhan rakyat, tetapi kebutuhan segelintir kelompok elit. Untuk
mencegah adanya komoditifikasi pendidikan maka harus ada upaya untuk mengoreksi
ekses-ekses sistem yang sangat sentralistik. Adakalanya ada sekolah pusat
pembudayaan terutama untuk menghormati budaya lokal, menerapkan standardisasi
pndidikan berdasarkan “link and match”
yang berupaya meningkatkan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyaratkat,
adapula dibebani dengan mata pelajaran mengenai pancasila agar masyarakat memahami
dan mampu mengaplikasikan dalam dunia sosial sehingga rasa patriotisme tetap
ada.
Kurikulum
Kurikulum memang bukan merupakan yang statis tetapi harus
berubah dan bergerak sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Sejak Indonesia
merdeka, pendidikan kita kerap gonta-ganti kurikulum, mulai dari kurikulum
tahun 1968, 1975 atau 1976, 1984, 1994, 2004, 2006, 2012, dan 2013. Ternyata
perubahan-perubahan tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan, yaitu
manusia yang lebih cerdas dan bermoral. Beban kurikulum yang semakin berat
justru membuat kualitas peserta didik semakin menurun. Kita lihat media masa
kerap memberitakan tawuran para siswa maupun para mahasiswa yang menjadi mode
dari agresivitas anak muda yang menandakan gagalnya pendidikan moral yang telah
diberikan.
Barangkali yang menjadi masalahnya adalah bagaimana standard
tersebut dilaksanakan melalui kurikulum. Kelihatannya penyusunan meminta
pertimbangan yang rasional dan teknis. Penentuan standard tersebut barangkali
bukan melalui kekuasaan pemerintah tetapi melalui kekuasaan pendidikan dengan
menggunakan para pakar, peserta dari masyarakat seperti orang tua dan pemimpin.
Indonesia masih dalam masa transisi karena belum mempunyai
pengalaman berdemokrasi dan melaksanakan sistem pendidikan yang demokratis oleh
sebab itu ada baiknya apabila kita melihat sistem negara lain yang dapat kita
ambil dan kita adaptasikan dalam reformasi sistem pendidikan nasional sesuai
dengan undang-undang sistem pendidikan nasional yang baru.
Ada dua pemahaman di jepang yang digunakan untuk merubah
tatanan pendidikan sebagai salah satu pembentukan karakter bangsa. Pertama, pemahaman radikal yang meyakini
bahwa peruban pendidikan hanya bisa dilakukan dengan cara perombakan secara
simultan. Kedua adalah pemahaman
konservatif yang meyakini bahwa perubahan pendidikan hanya bisa dilakukan
dengan ikut serta dalam sistem yang ada sekarang.
Beberapa kekhasan yang dimiliki Jepang antara lain: Pertama, perhatian pada pendidikan
datang dari berbagai pihak. Dimulai dari pihak pemerintahan, elit politis
hingga masyarakatnya sama-sama meyakini bahwa pendidikan adalah sangat penting
dalam melatih tenaga terampil dan ahli, untuk membentuk elit politik
selanjutnya dan mengajarkan kebudayaan bagi seluruh rakyat Jepang. Para
orangtua sangat yakin menitipkan anak-anaknya ke pendidikan Jepang dan respon
terhadap pendidikan anak-anaknya sangat menakjubkan. Kedua, sekolah di Jepang tidak mahal. Pemerintah telah
mengeluarkan berbagai peraturan tentang pendidikan salah satunya adalah mereka
memberikan subsidi kepada orang-orang tidak mampu untuk makan siang di sekolah
dan kegiatan belajar lainnya. Ketiga,
di Jepang tidak ada diskriminasi terhadap sekolah, Jepang mendorong orang-orang
terpencil untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan yang lain, yakni
dengan memberikan subsidi transportasi. Guru yang cakap dan mau bekerja
ditempat yang jauh juga akan diberi tunjangan.Keempat, kurikulum di Jepang amat berat karena pendanaan pemerintah
dalam pendidikan cukup besar. Pemerintah pusat merencanakan kurikulum secara
rinci dan terstruktur dan memeriksa buku-buku pelajaran yang akan dijual untuk
menjamin isi buku sesuai dengan standard. Kelima,
Guru terjamin tidak akan kehilangan jabatannya. Keenam, guru di Jepang penuh dedikasi. Dan untuk komunikasi dengan
orang tua murid, setidaknya guru mengunjungi orang tua murid sekali dalam
setahun. Ketujuh, Guru di Jepang
merasa wajib memberi pendidikan. Selain mengacu pada perkembangan kognitif,
pendidikan di Jepang ialah memberikan pengajaran anak untuk memiliki hati yang
bersih dan lapang.Kedelapan, guru di
Jepang bersifat adil. Suasana berjuang yang dialami guru Jepang dan dimana
mereka bekerja membuat mereka secara ideologis menjadi lebih masak.
Selain yang disebutkan diatas, hal lain yang sangat penting
adalah pendidikan karakter yang sesuai dengan khas negara, pendidikan karakter
adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti
kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lainnya. Dan itu adalah pilihan dari
masing-masing individu-individu yang perlu dikembangkan dan perlu dibina, sejak
usia dini (idealnya). Agar pendidikan kita mendapatkan pendidikan karakter yang
sempurna: pertama, pendidikan harus jujur. Tidak ada ijzah yang palsu, gelar
palsu, slogan palsu, atau omong besar. Menurut Gus Dur, konsepsi pendidikan
kita berjalan diatas konsepsi yang salah sehingga tidak mampu membebaskan
manusia dari keterbelakangan dan kebodohan. Letak kesalahannya adalah karena
pendidikan kita menekankan pada ijazah formal, bukan pada subtansinya untuk
memanusiakan manusia. Kurikulum pendidikan harus dilaksanakan dengan
sebenar-benarnya, setidaknya kita harus memiliki kurikulum yang memang
benar-benar dibuat atas dasar tujuan dan prospek pendidikan itu, tanpa ada
unsur kekuasaan, politik, atau persoalan gengsi dan fanatisme.
Pendidikan harus cerdas, pendidikan harus tahu apa yang
diperlukan oleh warga didik, cara yang tepat untuk mendidik, siapa yang tepat
menjadi seorang pendidik, dan masalah apa yang terjadi di lingkungan pendidikan
serta bagaimana cara mengatasinya. Kita harus mampu mengatur frekuensi untuk
mengimitasi model pendidikan asing. Jangan sampai model yang tidak sesuai
dengan keadaan pendidikan kita paksaan masuk dan akhirnya malah merusak dan
menjajah.
Pendidikan harus peduli. Sudah pasti sasarannya adalah
masyarakat atau saya lebih suka menyebutnya warga didik. Ivan Illich dalam
bukunya Deschooling Society
mengajukan pembentukan” masyarakat bebas sekolah”. Kata Illich, yang diperlukan
adalah pendidikan yang membebaskan manusia. Pendidikan formal kita hanya
menciptakan kasta-kasta dan ketidakadilan dalam masyarakat. Jurang pemisah
antara cendikiawan dan kaum dungu, antara masyarakat maju dan warga tertinggal
masih amat curam. Ini yang harus diperhatikan dan dirangkul dengan kepedulian,
sehingga statement pendidikan formal diselenggarakan melalui suatu sistem yang
diatur oleh pemerintah sehingga setiap warga negara Indonesia tanpa
diskriminasi dalam bentuk apapun memperoleh pendidikan seluas-luasnya sesuai
dengan kemampuan intelektual dan fisiknya dapat didukung dengan sempurna.Semoga
pemerintah lebih peduli dan tegas untuk mengelola sistem pendidikan nasional
sehingga melahirkan calon pemimpin-pemimpin yang mampu menjawab tantangan
global dan mampu bersaing di dunia internasional. Amiin.
Daftar Pustaka
Tilaar,
H.A.R.2003.kekuasaan dan pendidikan
(suatu tinjauan dari perspektif studi kultural. Magelang: Indonesia Tera
Anggota IKAPI,.
Buku empat
pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang disusun oleh: Pimpinan MPR dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014. Cetakan ketiga April 2013.
Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
Nurhadi,
Wahyu, dkk.2013. ( Ed. Abdul Wachid B.S dan Dimas Indianto) Bunga Rampai Pohon Dakwah. Purwokerto:
Forum KPI-2011.
puisi cahaya illahi
CAHAYA ILLAHI
Nur wahid
Akankah akan di hancurkan moral luhur ini merangai api-api
Menutup bahagia akhir masa yang di titipkan illahi
Bersandang suci melahirkan api manakala terapit apit
Mati
mati lah hati ini.
Senja
hitam di ufuk mentari berganti
Tak ubahnya cakrawala merajai diri
Tertutup lah bentangan kalbu yang tercabik api
Menyalakan
amarah, dendam, penghinaan yang menyinggahi.
Awass,
awass, awass disini
Hidup membosankan penuh dengan wilayah api
Disana disini adanya ladang udara pencemaran hati
Tak
pernahkah kau terbesit akal sehat cahaya illahi,
Iman Illahi
ternodai oleh hatimu sendiri
Yang enggan sepucuk embun di tubi
Kenalilah pejamkanlah renungkanlah apa mentari
Yang membuka luasnya kasih pada tiap diri
Cahaya illahi
Purwokerto,
2 mei 2014
Rabu, 16 Juli 2014
CERPEN: Jodohku siapa?
JODOHKU
SIAPA?
Oleh:Nur
wahid
Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat
keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh,
setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat
telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma
kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang
jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?.
Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup
segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya
cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh
aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”.
Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya
kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku
ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan
manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA
swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama
teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang
harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak
minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu
dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku
yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang
menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada
yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku
lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri
tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab
yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika
seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti
dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan
menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu
demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu
menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu
menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang
Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan,
kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu
mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa,
Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang
membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang
menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku
kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka
tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan
kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu.
Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih
lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?”
anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh
kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan
mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan
nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu
mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini
kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang
selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang
sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman,
kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan,
wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi
aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima
keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka
lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng
adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip
menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai
tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada
apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa
dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua
yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan
Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti
dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku,
sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu
yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus
menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk
menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk
mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan
berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk
menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan
harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana
yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba
terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar
sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering.
Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi
malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap
didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan
menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati
ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini.
Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada
ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas
pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus
kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan
kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da
dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia
yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya
cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku
menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan
menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah
padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok,
bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu
laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi
mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah.
Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita
berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya
bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama
ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada
cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami
tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih
sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya
Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik
fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah
Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap
lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua
orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan
harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah,
bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang
dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang
terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan
kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan
demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan
mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua
saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak,
bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih
dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga
pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini
masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah
ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang
menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan
dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya,
bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah
akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua
orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung,
benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama
ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup.
Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya
Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin
membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku
yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah
Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu
menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia
menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika
memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang
sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.
CERPEN: Jodohku siapa?
JODOHKU
SIAPA?
Oleh:Nur
wahid
Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat
keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh,
setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat
telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma
kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang
jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?.
Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup
segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya
cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh
aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”.
Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya
kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku
ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan
manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA
swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama
teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang
harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak
minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu
dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku
yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang
menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada
yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku
lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri
tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab
yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika
seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti
dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan
menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu
demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu
menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu
menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang
Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan,
kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu
mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa,
Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang
membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang
menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku
kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka
tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan
kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu.
Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih
lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?”
anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh
kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan
mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan
nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu
mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini
kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang
selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang
sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman,
kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan,
wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi
aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima
keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka
lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng
adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip
menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai
tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada
apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa
dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua
yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan
Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti
dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku,
sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu
yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus
menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk
menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk
mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan
berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk
menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan
harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana
yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba
terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar
sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering.
Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi
malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap
didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan
menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati
ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini.
Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada
ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas
pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus
kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan
kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da
dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia
yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya
cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku
menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan
menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah
padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok,
bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu
laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi
mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah.
Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita
berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya
bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama
ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada
cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami
tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih
sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya
Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik
fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah
Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap
lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua
orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan
harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah,
bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang
dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang
terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan
kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan
demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan
mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua
saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak,
bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih
dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga
pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini
masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah
ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang
menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan
dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya,
bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah
akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua
orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung,
benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama
ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup.
Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya
Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin
membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku
yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah
Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu
menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia
menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika
memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang
sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.
Langganan:
Komentar (Atom)