Rabu, 16 Juli 2014

CERPEN: Jodohku siapa?

JODOHKU SIAPA?
Oleh:Nur wahid

Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh, setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?. Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”. Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan, kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa, Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu. Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?” anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman, kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan, wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku, sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering. Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini. Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok, bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah. Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah, bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak, bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya, bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung, benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup. Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.



1 komentar: