JODOHKU
SIAPA?
Oleh:Nur
wahid
Jiwa terasa baru lahir setelah 20 tahun jiwa ini mati, melihat
keindahan alam yang diciptakan Tuhan selalu saja aku ingkari dengan acuh,
setiap telinga mendengar kebesaran-Mu aku selalu saja menutup rapat-rapat
telinga ini. Cahaya surya yang hangat membumbung luas mengganti aroma
kegelapan, menerangi sudut gelap pada jiwa. Jiwa ini hanya ada satu ruang yang
jika diisi dengan kegelapan, lalu apa yang aku nikmati didunia ini, Tuhan?.
Jiwa ini selalu terjamah oleh biang-biang setan jahannam, hingga Engkau menutup
segala nikmat dunia. Masihkah ada celah sudut jiwa ini? Dan masihkah ada cahaya
cinta yang mengisi hati ini, agar hidupku bahagia dalam belaian seorang Istri?
“Kapan kamu akan menikah, anakku?”
“Tidakkah kamu sayang pada Ibumu yang sudah tua ini nak?”
Aku hanya berfikir kenapa aku harus menikah, kenapa ibu menyuruh
aku menikah, dan kenapa juga ibu bertanya “tidakkah masih sayang pada ibu”.
Kedua pertanyaan ibu inilah yang selalu membuatku bertanya-tanya, sebenarnya
kesalahan apa yang ada pada diriku di usia ke-20ku?.
Yang jelas aku hanya menikmati apa yang ada sekarang ini, seingatku
ibu pernah bilang,”Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan
manusia,” dan aku percaya itu.
Beban pendidikan formalku sudah berakhir sejak aku lulus dari SMA
swasta di Kebumen. Semenjak itulah aku hanya menikmati keindahan malam bersama
teman-teman yang sepadan dengan hobiku. Ngetrek di tengah malam itu adalah yang
harus aku lakukan tiap malamnya, setelahnya aku dan teman-teman menenggak
minuman yang menurut Islam tidak diperbolehkan, dan tak jarang aku bercumbu
dengan seorang perempuan yang bukan mahromnya.
Tiap malam aku sudah terlalu lelah menjalankan aktivitas malamku
yang nikmatnya luar biasa. Berkutat dengan kenikmatan ingkar Tuhan, yang
menjadikan setan tertawa terbahak-bahak mengejek Tuhan. Namun terasa selalu ada
yang kurang dengan kenikmatan yang aku dapat tiap malamnya. Malam yang aku
lewati seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri
tertodong olehnya.
Penyakit Jiwa dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab
yang sama sekali aku tidak tahu, bahkan seolah aku tidak mau tahu. Jika
seseorang tak pernah sakit sepertiku mungkin mereka tidak pernah bisa mengerti
dengan apa yang sekarang aku rasa. Bahkan mereka lari dengan penuh amarah dan
menghina ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Mungkinkah kejahatan seorang ibu itu
demi kebaikan seorang anak, atau mungkin kasih sayang seorang ibu yang mampu
menanamkan cahaya Tuhan untukku. Hanya seorang ibu lah yang mampu
menkombinasikan antara kejahatan dan kebaikan menjadi anugerah Tuhan yang
Suci.Yang selama ini, kasih sayangnya ibu aku balas dengan bentakan,
kesombongan, cacian, dan hinaan yang tak mengenal belas. Malah selalu saja ibu
mendoakan agar aku taubat dan menjadi anak cerdas yang berguna bagi Nusa,
Bangsa, Agama, dan Masyarakat serta membawa pada kebahagiaan dunia akhirat.
Teringat dengan pertanyaan yang pernah ibu lontarkan padaku. Yang
membuatku bingung ujung keliling dan tidak karuan seperti ini. Orang-orang yang
menjadi temenku saat ini hanya memanfaatkan uangku, dan orang yang belum aku
kenal dan yang belum mengenalku jiji melihatku apalagi dekat denganku. Mereka
tak peduli padaku-mengapa dia?-inikah sejatinya mereka-tak kusangka, Tuhan
kembalikan aku pada kasih sayang-Mu agar aku mampu memetik cahaya nikmat-Mu.
Allahu Akbar…..
Kini aku pulang bersama Cahayamu Tuhan, dengan wajah yang masih
lesu dan hati yang tak tahu arah, aku memberanikan diri bertanya pada ibu.
“ibu masihkah ada wanita yang mau menerima aku yang seperti ini?”
anaku Allah Maha Tahu diatas apa yang kamu tidak tahu.’’jawab ibu dengan penuh
kasih.
“benarkah itu ibu?.”
“kamu harus menunjukan bahwa kamu benar-benar ingin berubah, dan
mohonlah kepada Allah agar ada wanita yang mau menerimamu.’’jawab ibu dengan
nasihat.
“sekarang kan hari Jum’at nak, sudah pukul 11:20 WIB, saatnya kamu
mengawali kehidupanmu yang baru, ayuk mandi terus berangkat ke masjid ya anakku!,’’perintah ibu padaku.
“iya bu… terimakasih ,” jawabku.
Setelah mandi aku berpamitan dan mencium kedua tangan ibu, dan ini
kali pertama aku menciumnya. Hati terasa tenang, semua beban dan dosa yang
selama ini aku lakukan mengelupas seketika, inikah nikmat Allah yang
sejati.Rerumputan, pepohonan, bunga-bunga menyapaku dengan penuh senyuman,
kecuali orang-orang yang melihatku, mereka menatapku dengan penuh keangkuhan,
wajar saja karena sebelumnya mereka tidak pernah melihatku seperti ini. Tapi
aku punya keyakinan, bahwa suatu saat mereka akan menyayangiku dan menerima
keberadaanku. Amiiin…..
Angin menjamahku dengan mesra, kini jendela jiwa telah terbuka
lebar untuk cahaya-Mu. Terlihat wanita berkerudung merah sedang menggandeng
adiknya pulang dari sekolah. Tepat di depanku. Mata ini seolah tak mau berkedip
menatapnya, kaki terasa sulit untuk melangkah, tanganku seolah ingin menggapai
tangannya, hati ingin rasanya berkata bahwa aku ingin kenal namanya. Wahhh…ada
apa dengan wanita itu?, wanita itu bagaikan magnet yang menarik seluruh jiwa
dan ragaku, aku juga tak kuasa untuk mengelak darinya. Apakah ini nikmat kedua
yang Allah berikan padaku, setelah taubatku untuk kembali dijalan
Allah.”semoga”. Aku hanya berharap hatiku tidak kembali pada masa suram seperti
dulu lagi. Kuatkan hatiku Ya Allah,”inilah doa”.
Sesampainya dirumah aku menceritakan keanehan yang ada dihatiku,
sambil melepaskan kopyah dan baju, aku menceritakan pada sang ibu.
” ibu aku melihat wanita anggun yang begitu mempesona, apa wanita itu
yang Allah berikan padaku bu?,” tanyaku pada ibu.
“anakku ibu ya tidak tahu lahhh…,”jawab ibu.
“kok, ibu tidak tahu?.
“tanyakan pada Allah anakku,”jawab ibu lagi.
“bagaimana caranya bu?.
“berdoa pada Allah anakku, dengan doa yang ikhlas, tulus dan terus
menerus, pasti Allah memberikan wanita itu padamu anakku!,”nasihat ibu untuk
menjawab pertanyaannku.
Dalam hati aku mulai mengerti apa yang baru saja ibu katakan, untuk
mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, hanya ada satu kunci yaitu usaha dan
berdoa kepada Allah SWT, dan sekarang aku akan berusaha dan berdoa untuk
menperistri wanita yang tidak aku kenal itu. Kata ibu tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini, semua kepastian adalah rencana Allah. Keinginan dan
harapan kita belum tentu yang terbaik, karena Allah pasti mempunyai rencana
yang lebih baik, dan terkadang kita tidak mengetahuinya.
Pagi yang mendamba..aku sedang menyapu halaman rumah tiba-tiba
terdengar suara menyapaku.
”permisi mas, ibu dirumah?,”Tanya wanita itu padaku.
Sekejap aku menengok kebelakang, blukkk aku langsung melempar
sapunya, dengan penuh heran dan jantungpun berdetak kencang seperti gendering.
Ujung kaki sampai ujung rambut mulai kaku terpana melihat wanita yang baru tadi
malam aku ceritakan pada ibu.
“i i iya, ibu dirumah mba.’’jawabku setengah sadar.
“boleh masuk mas?,”Tanya wanita itu.
“iyaaa…
Selama hampir limabelas menit ibu dan wanita itu, bercakap-cakap
didalam rumah, yang jelas aku tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Sambil menyelesaikan
menyapu halaman sesekali mengintip dari pintu luar yang sedikit terbuka. Hati
ini tidak henti-hentinya berdetak, aku pun hanya mengikuti detakan ini.
Sreeeeeetttt suara pintu terbuka oleh dorongannya.
“mba sudah ketemu ibu?,”tanyaku pada dia.
“iya sudah, permisi mas.
Setelah wanita itu menjauh aku langsung masuk dan bertanya pada
ibu.
“ibu, tadi itu siapa bu?,”tanyaku pada ibu.
“oohh, tadi itu Hanifah anakku, kenapa?,” tanya ibu membalas
pertanyaanku.
“dia anggun dan cantik, sepertinya aku menyukainya bu.
Setelah mendengarkan apa yang ada dihatiku, tiba-tiba ibu mengelus
kepalaku dengan penuh senyuman manisnya. Aku pun langsung memeluk ibu dengan
kuat-kuat. Anakku kejar lah wanita itu, tanyakan padanya, kalau nanti ba’da
dzuhur kamu akan main kerumahnya!,”perintah ibu padaku. Dengan rasa bahagia
yang menggebu-gebu, padahal belum apa-apa hehheheh.., inilah yang namanya
cinta. Aku langsung lari mengejarnya, dan tepat diperempatan jalan aku
menemukannya.
“Hanifah…bolehkah aku main kerumahmu?,” tanyaku dengan
menggebu-gebu.
“boleh saja mas, tapi hari ini bapak lagi ga dirumah,”jawab Hanifah
padaku.
“tidak apa-apa, aku hanya pengin ngobrol sama kamu kok,
bolehkan?,”tanyaku lagi.
“maaf mas, tidak diperbolehkan seorang wanita menerima tamu
laki-laki sendirian, lain waktu saja kalau bapak sudah dirumah, permisi
mas,”jawabnya sambil meneruskan perjalanan pulang
Semenjak itu… hari-hariku selalu aku lewatkan bersama Hanifah.
Jalan-jalan, makan, nonton selalu bersama. Seolah dunia ini hanya milik kita
berdua. Benih-benih cinta pun hadir mulai merasuk dalam hati. Hingga akhirnya
bunga-bunga mulai bermekaran merestui cinta kita. Cinta yang aku cari selama
ini, cinta yang mencerahkan langit biru. Cinta yang membawa sinaran pada
cahayanya. Cinta yang membentangkan ombak pada samudra. Cinta yang menyirami
tanaman-tanaman hingga berbunga. Cinta yang menyatukan antara benci dan kasih
sayang. Cinta yang membawa perdamaian pada kehidupan. Sungguh besar kuasamu ya
Allah, nikmat yang tiada tara. Bahkan seorang wanita yang cantik jelita, cantik
fisik dan cantik hatinya engkau berikan padaku.
“mas kita belum sah menjadi suami istri,” kata Hanifah.
“Hanifah nanti malam, aku ingin kerumahmu untuk melamar, bolehkah
Hanifah?,”tanyaku dengan manja.
Dengan wajah yang malu. Hanifah menjawab,” jika mas sudah siap
lahir batin, aku juga siap mas, tapi semua itu tergantung pada keputusan kedua
orang tuaku mas, aku ingin menjadi anak yang berbakti, maka segala keinginan
harus kau turuti.
Dengan penuh keyakinan, aku pun memberikan kepastian pada Hanifah,
bahwa kita akan hidup bersama selamanya, hidup dalam bahtera rumah tangga yang
dipenuhi anak cucu kita nanti. Aku pasrah kan hal ini pada-Mu Ya Allah, yang
terbaik. Amiiin.
Tepat pukul 20:00 WIB aku sampai dirumahnya Hanifah, bertemu dengan
kedua orang tuanya. Hati ini deg-deggan tidak karuan, tapi aku harus melakukan
demi mendapatkan sang pujaan hati. Sudah 10 menit aku bercakap-cakap dengan
mereka. Kini saatnyaaku harus mengatakan apa maksud hatiku pada mereka.
“Pak Bu, maksud kedatanganku kesini, pertama silaturrahim, kedua
saya sangat mencintai Hanifah putri bapak, saya ingin menikahi anak bapak,
bagaimana dengan bapak ibu, apakah bapak ibu setuju?,” kataku pada mereka.
Dengan wajah yang ragu, mengingat bahwa sudah ada pemuda yang lebih
dulu melamarnya walaupun tanpa sepengetahuan Hanifah, disisi lain dia dulu juga
pernah menghina dan mencaci maki hanya karena masalah kecil, yang hingga kini
masih tersimpan. Apa yang harus aku lakukan mengorbankan perasaan Hanifah
ataukah perasaanku sendiri.
“Hanifah, apa kamu juga mencintai dia?,”Tanya bapak pada Hanifah.
Hanifah hanya diam, dan berkata:”aku akan mengikuti apa yang
menjadi keputusan bapak dan ibu.
“benarkah itu anakku?,” Tanya bapak pada Hanifah.
“benar..pak…
“sebelumnya bapak dan ibu minta maaf, Hanifah sudah aku jodohkan
dengan Raffi putra dari Bapak H. Sufyan. Dan kami sudah menerima lamarannya,
bulan depan Hanifah dan Rafffi akan melangsungkan pernikahan. Aku yakin Allah
akan memberimu jodoh yang jauh lebih baik dari Hanifah.
“iiya pak, terimakasih, permisi pak bu saya mau langsung pulang.
“wassalam alaikum,” pamitku yang terakhir pada Hanifah dan kedua
orangtuanya.
Hati ini seketika bagaikan ditusuk samurai menembus punggung,
benih-benih kebahagiaan telah sirnah ditelan bumi, seolah harapan yang selama
ini aku bangun roboh seketika diterjang badai. Cahaya-Mu seolah kembali redup.
Tidak ada lagi harapan untuk menuju pada kebahagiaan. Habislah harapanku Ya
Allah-habislah. Tuhan berikan aku jodoh, usiaku sudah tua, aku ingin
membahagiakan Ibuku. Kasih kesempatan itu untukku Tuhan. Tuhan siapa jodohku
yang sebenarnya, pertemukanlah aku dengannya, dan jangan kau ambil lagi stelah
Kau pertemukan kami-Tuhan. Tanpa di duga aku bertemu dengan Lili yang dulu
menjadi teman malamku, aku terkejut perubahan yang ada pada Lili, kini dia
menjadi wanita yang anggun dan baik pekertinya. Apakah ini jodohku?. Jika
memang benar Lili adalah jodohku aku akan membimbingnya menjadi wanita yang
sholeha, yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. SEMOGA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar